Sabtu, 18 Oktober 2008

Petruk, Kecerdasan Yang Rendah Hati

Petruk adalah anak kedua Semar. Petruk berasal dari jin atau genderuwo yaitu mahluk halus yang nakal dan cerdas.


Petruk memiliki peran yang cukup menonjol di samping cara berbicaranya seperti satria,. Beda dengan Gareng atau Bagong yang disengaukan oleh Sang Dalang, maka Petruk berbicara lantang dan terkadang kelewat berani.Lakon yang digemari adalah Petruk jadi Ratu. Dalam lakon ini Petruk mendapat kesempatan menemukan pusaka " Jamus Kalimasada " milik Prabu Darmakusuma atau Puntadewa yang meninggalkan pemiliknya karena sang pemilik meninggalkan amalan-amalan yang menjadi syaratnya. Amalan pertama, sang pemilik harus memiliki iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, percaya kepada Rasul-Nya, ketiga percaya pada malaikat-nya, Empat Kitab-Nya, dan terakhir beriman pada Qadha dan Qadar.

1 komentar:

sahaja bermakna mengatakan...

Wayang Indonesia Tampil Memikat Festival Wayang di Selandia Baru

Wellington, CyberNews. Puspawarna Community Gamelan (PCG), Otago University of Dunedin sukses meramaikan Pekan Festival Wayang (the Christchurch Puppetry Festival) yang diorganisasi oleh Christchurch City Council dengan menampilkan pagelaran wayang kulit berbahasa Inggris berdurasi 2 jam. Kesertaan PCG di festival didukung penuh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wellington dan Asia New Zealand Foundation.

Kota Dunedin terletak di bagian wilayah pulau selatan Selandia Baru, sekitar 400 km dari Kota Christchurch. Joko Susilo, pengasuh PCG sekaligus pengajar Gamelan dan Etnomusikologi di School of Music of Otago bersama-sama Dr Shelley Brunt menggiatkan komunitas gamelan yang diwadahi dalam sebuah kelompok gamelan yang diberi nama Puspawarna Community Gamelan, yang berbasis di School of Music, Otago University of Dunedin, New Zealand. Menurut Joko, sebagian besar anggota komunitas gamelan ini adalah mahasiswa, yang berasal dari beragam negara antara lain Australia, Malaysia, China, New Zealand dan Indonesia.

Sementara itu Budi S Putra, pengajar di New Zealand School of Music, Victoria University of Wellington yang hadir dalam festival tersebut menyebutkan sejumlah mahasiswa asal Indonesia antara lain Aufar Bahri (instrumen bonang penerus), Indra Mahendra (kempul dan gong) dan Franklin Sumargo (kenong). Mereka saat ini tengah mendalami studi kedokteran di Otago University yang merupakan universitas terbaik di Selandia Baru untuk jurusan kedokteran.

"Di sela-sela kesibukan mempersiapkan studi, mereka masih mau menyisihkan waktu untuk mengikuti latihan rutin gamelan bersama warga Selandia Baru lainnya," jelas Budi dalam keterangan pers tertulis kepada Suara Merdeka CyberNews, Selasa (4/11).

Sedangkan Franklin Sumargo, mahasiswa asal dari Kota Medan, mengaku bahwa di Indonesia tidak ada kesempatan untuk mengenal, mempelajari apalagi memainkan gamelan. "Untuk itu bersama rekan-rekan dengan senang hati bergabung gamelan group untuk turut memelihara dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada orang asingm" ungkapnya.

Festival wayang tahunan kelima kali ini melibatkan pagelaran wayang/boneka dari sejumlah negara termasuk Australia, Italia, Jepang dan Indonesia serta dari Selandia Baru sendiri yang dilangsungkan selama dua hari, 1-2 November 2008 bertempat di New Brighton Project Centre, Hawke Street, New Brighton, Christchurch. Indonesia menampilkan Wayang Kulit Jawa (Javanese Shadow Puppet) sementara Jepang menyajikan Ohisama Puppet Troupe.

Sekitar 300 penonton yang memadati gereja St Faith's Church Hall, Hawke Street, New Brighton termasuk sejumlah masyarakat Indonesia yang berdomisili di Christchurch begitu terpukau, penuh tawa dan menikmati penampilan Puspawarna Community Gamelan of Otago University of Dunedin yang menyajikan pakeliran padat wayang kulit dengan lakon "The Forest of Marta (Babat Wana Marta) dalang Ki Dr Joko Susilo. Seusai pertunjukkan penonton termasuk puluhan anak-anak diberikan kesempatan untuk memanipulasi gerak wayang dan mencoba membunyikan gamelan.

Sementara Joko Susilo, mantan dosen ISI Surakarta, yang menetap di Dunedin, New Zealand mengharapkan dengan semangat yang ditunjukkan oleh sejumlah mahasiswa Indonesia di Dunedin dapat memberikan inspirasi kepada mahasiswa Indonesia lainnya untuk terlibat dalam kegiatan memperkenalkan budaya Indonesia.

"Puspawarna Community Gamelan of Otago University of Dunedin merupakan salah satu kelompok gamelan yang aktif mempromosikan budaya Indonesia khususnya gamelan di Selandia Baru, disamping kelompok gamelan Padhang Moncar dan Taniwha Jaya yang baru saja sukses menggelar cross cultural–music, media dan dance serta melakukan studi tour ke Indonesia pada pertengahan tahun 2007 lalu," demikian Budi S Putra.

Sumber : http://www.suaramerdeka.com/beta1/index.php?fuseaction=news.detailNews&id_news=16802